Minggu, 08 Februari 2015

Hangat Dengan Cinta



Hangat Dengan Cinta “Ketika Dingin Melanda” -26/06/2014

Oleh : Hudy Majnun

Bukan agenda apalagi Proker. Ini hanya sebuah catatan perjalanan dari sebagian - yang sangat kecil- anggota PORSA. Saat libur panjang melanda dan bagian kecil ini masih bertahan di tahan perantauan, Djember. Tidak ada kuliah, rapat, jadwal latihan rutin, apalagi tugas, mungkin kalau ngelesi masih ada. Salah seorang dari kami mempunyai ide cemerlang untuk mengatasi kekosongan, “jalan-jalan yuk...” katanya. Itu ditanggapi dengan gembira oleh teman-teman yang masih bertengger di Djember, termasuk diriku. Maka palu di ketok, kami sepakat untuk berangkat hari kamis pagi. Karena kesepakatan berangkat kamis pagi, jadi kami berangkat kamis siangnya, soalnya banyak alasan yang membuat kesepakatan awal gagal, tapi bukan alasan ngelesi. 

Perjalan menuju lokasi air terjun berlangsung cukup lama, karena kami harus sering istirahat. Maklum, olahraga yang kami lakukan tidak pernah seperti itu. Paling, kami hanya lari-lari kecil di alun-alun atau lapangan Unet, kemudian malamnya ngopi sampai pagi. Jadi, stamina kami cukup baik jika dibanding dengan kakek kami. Sekitar 2 jam berjalan, kami baru sampai di bawah air yang terjun bebas itu, namanya Air Terjun, letaknya di Panti, tepatnya di Hutan. Tapi, sebelum sampai di lokasi ada cerita kecil yang sedikit lucu dan menjijikkan. Salah satu teman kami kakinya terkena hewan kecil nan imut namun menjijikkan, namanya pacet. Dia harus berjingkrak-jingkrak karena hewan itu. Ada yang tertawa dan ada yang membantunya, tapi semuanya tetap bersama. Kaki temanku berdarah dan hewan itu tak mau melepaskan dirinya. Untungnya aku masih ingat saran teman saya yang mengaku dirinya Backpacker & photografer, ia pernah bilang “kalau ke tancak jangan lupa bawa minyak kayu putih”. Saran itu cukup ampuh untuk melepaskan gigitan pacet dan menghentikan pendarahan akibat gigitannya. 

Selama berada dekat air terjun kami menghabiskan waktu dengan mandi, makan-makan, foto bersama, sesekali selfie, dan membuat api. Api yang buat tak kunjung jadi, tapi untungnya lagi ada yang membawa minyak tanah, api pun jadi. Di sana dinginnya sangat luar biasa, bisa menembus sampai ke tulang sum-summu. Jadi jangan pernah sendirian kalau kesana, apalagi pernah terjadi tragedi anak yang meninggal disana, entah apa penyebabnya, yang jelas Tuhan penyebab utamanya. Datanglah ke sana bersama teman-teman atau pacar-kalau ada, agar tak kedinginan.

Mengenai keindahan air terjunnya, itu tidak bisa saya umpamakan dengan apapun, indah sekali, lebih indah dari mantan kekasih. Setelah beberapa jam kami mandi dengan hanya menggunakan kolor (hanya laki-laki), kami merasa kedinginan. Sesekali menghangatkan diri dekat api, tapi itu tidak cukup. Jadi, kami menghangatkan diri dengan bercanda sekonyol mungkin hingga menyebabkan tawa yang menguras banyak tenaga. Itulah cara ter-ampuh untuk menghangatkan tubuh saat dingin melanda. Menurut teori, tertawa itu seperti olahraga dan membuat kita awet muda serta jauh dari resiko stres, tapi terlalu banyak tertawa apalagi sendiri bisa dianggap gila/edan. Karena, tertawa membuat seluruh bagian tubuh bekerja termasuk saraf-saraf, katanya sich. Tapi percayalah, ini sering kurasakan. 

Mengawali sebuah tawa sulit-sulit-gampang, apalagi kalau bersama orang-orang baru. Harus ada yang jadi pemantik, sehingga bisa meledakkan sebuah tawa yang besar. Saya punya keyakinan, untuk menghadir sebuah tawa dalam anggota PORSA tidaklah sulit, karena selama ini kita terlatih hidup bersama, susah senang bersama, makan sebungkus beramai-ramai, dan sebagainya. Jadi, jangan ragu-ragu mengawali sebuah kekonyolan, apalagi di saat semua merasa kedinginan, tawa akan menghangatkan tubuhmu. Tapi jangan membuat tawa pada saat yang tidak tepat, misal saat rapat, diskusi seriuz, dll. Meskipun kadang kita terbiasa berbuat hal yang konyol, kita juga harus tau tempat. Apalagi pada saat RAT, itu adalah hal yang sangat seriuz dan tidak boleh ada tawa saat sidang berjalan, kecuali keceplosan. Meskipun sudah terlanjur keceplosan dan itu konyol atau lucu, kita harus tetap memasang wajah seriuz meskipun sebagian orang tengah ngedhen menahan tawa. Sekian tips tawa dari saya. Lanjut pada cerita di tancak ya.

Sore hampir tiba, makanan sudah habis, amunisi tawa juga sudah habis, awan-awan hitam juga sedang mengintai kami, kami bergegas pulang sebelum hujan menyerang. Sampai di bawah, hampir dekat dengan parkiran, ternyata, semua teman-teman saya terserang oleh hewan imut menjijikkan itu. kaki-kaki temanku yang basah menjadi sarang hangat bagi para pacet. Harus terulang lagi jingkrak-jingkak oleh salah satu teman seperti perjalanan awal, aku menyiramnya dengan minyak kayu putih, sesuai saran temanku. Ada juga yang masih mendokumentasikan hewan yang menempel di kakinya. Kali ini saya juga terserang hewan itu, hanya satu yang menempel di sela jariku. Saya telah melakukan kesalahan karena telah membasaih kaki saat perjalanan. Itu bisa menjadi sasaran hangat bagi hewan itu. Jadi, saran lagi dari saya – bisa dipakai atau hanya ditampung - , kalau ke tancak, saat perjalanan, jangan sampai kakimu atau sandalmu basah, ingat,,! Terimakasih, itu cerita dan tips dan saran juga dari saya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar