Hangat Dengan Cinta “Ketika Dingin
Melanda” -26/06/2014
Oleh : Hudy
Majnun
Bukan agenda apalagi Proker. Ini hanya sebuah catatan
perjalanan dari sebagian - yang sangat kecil- anggota PORSA. Saat libur panjang
melanda dan bagian kecil ini masih bertahan di tahan perantauan, Djember. Tidak
ada kuliah, rapat, jadwal latihan rutin, apalagi tugas, mungkin kalau ngelesi masih ada. Salah seorang dari
kami mempunyai ide cemerlang untuk mengatasi kekosongan, “jalan-jalan yuk...”
katanya. Itu ditanggapi dengan gembira oleh teman-teman yang masih bertengger
di Djember, termasuk diriku. Maka palu di ketok, kami sepakat untuk berangkat
hari kamis pagi. Karena kesepakatan berangkat kamis pagi, jadi kami berangkat
kamis siangnya, soalnya banyak alasan yang membuat kesepakatan awal gagal, tapi
bukan alasan ngelesi.
Perjalan menuju lokasi air terjun berlangsung cukup lama,
karena kami harus sering istirahat. Maklum, olahraga yang kami lakukan tidak
pernah seperti itu. Paling, kami hanya lari-lari kecil di alun-alun atau
lapangan Unet, kemudian malamnya ngopi sampai pagi. Jadi, stamina kami cukup baik
jika dibanding dengan kakek kami. Sekitar 2 jam berjalan, kami baru sampai di
bawah air yang terjun bebas itu, namanya Air Terjun, letaknya di Panti,
tepatnya di Hutan. Tapi, sebelum sampai di lokasi ada cerita kecil yang sedikit
lucu dan menjijikkan. Salah satu teman kami kakinya terkena hewan kecil nan
imut namun menjijikkan, namanya pacet. Dia
harus berjingkrak-jingkrak karena hewan itu. Ada yang tertawa dan ada yang
membantunya, tapi semuanya tetap bersama. Kaki temanku berdarah dan hewan itu
tak mau melepaskan dirinya. Untungnya aku masih ingat saran teman saya yang
mengaku dirinya Backpacker & photografer, ia pernah bilang “kalau ke tancak
jangan lupa bawa minyak kayu putih”. Saran itu cukup ampuh untuk melepaskan
gigitan pacet dan menghentikan
pendarahan akibat gigitannya.
Selama berada dekat air terjun kami menghabiskan waktu dengan
mandi, makan-makan, foto bersama, sesekali selfie, dan membuat api. Api yang
buat tak kunjung jadi, tapi untungnya lagi ada yang membawa minyak tanah, api
pun jadi. Di sana dinginnya sangat luar biasa, bisa menembus sampai ke tulang
sum-summu. Jadi jangan pernah sendirian kalau kesana, apalagi pernah terjadi
tragedi anak yang meninggal disana, entah apa penyebabnya, yang jelas Tuhan
penyebab utamanya. Datanglah ke sana bersama teman-teman atau pacar-kalau ada,
agar tak kedinginan.
Mengenai keindahan air terjunnya, itu tidak bisa saya
umpamakan dengan apapun, indah sekali, lebih indah dari mantan kekasih. Setelah
beberapa jam kami mandi dengan hanya menggunakan kolor (hanya laki-laki), kami
merasa kedinginan. Sesekali menghangatkan diri dekat api, tapi itu tidak cukup.
Jadi, kami menghangatkan diri dengan bercanda sekonyol mungkin hingga
menyebabkan tawa yang menguras banyak tenaga. Itulah cara ter-ampuh untuk
menghangatkan tubuh saat dingin melanda. Menurut teori, tertawa itu seperti
olahraga dan membuat kita awet muda serta jauh dari resiko stres, tapi terlalu banyak tertawa apalagi sendiri bisa dianggap
gila/edan. Karena, tertawa membuat
seluruh bagian tubuh bekerja termasuk saraf-saraf, katanya sich. Tapi
percayalah, ini sering kurasakan.
Mengawali sebuah tawa sulit-sulit-gampang, apalagi kalau
bersama orang-orang baru. Harus ada yang jadi pemantik, sehingga bisa
meledakkan sebuah tawa yang besar. Saya punya keyakinan, untuk menghadir sebuah
tawa dalam anggota PORSA tidaklah sulit, karena selama ini kita terlatih hidup
bersama, susah senang bersama, makan sebungkus beramai-ramai, dan sebagainya.
Jadi, jangan ragu-ragu mengawali sebuah kekonyolan, apalagi di saat semua
merasa kedinginan, tawa akan menghangatkan tubuhmu. Tapi jangan membuat tawa
pada saat yang tidak tepat, misal saat rapat, diskusi seriuz, dll. Meskipun
kadang kita terbiasa berbuat hal yang konyol, kita juga harus tau tempat.
Apalagi pada saat RAT, itu adalah hal yang sangat seriuz dan tidak boleh ada
tawa saat sidang berjalan, kecuali keceplosan. Meskipun sudah terlanjur
keceplosan dan itu konyol atau lucu, kita harus tetap memasang wajah seriuz
meskipun sebagian orang tengah ngedhen menahan
tawa. Sekian tips tawa dari saya. Lanjut pada cerita di tancak ya.
Sore hampir tiba, makanan sudah habis, amunisi tawa juga
sudah habis, awan-awan hitam juga sedang mengintai kami, kami bergegas pulang
sebelum hujan menyerang. Sampai di bawah, hampir dekat dengan parkiran,
ternyata, semua teman-teman saya terserang oleh hewan imut menjijikkan itu.
kaki-kaki temanku yang basah menjadi sarang hangat bagi para pacet. Harus terulang lagi
jingkrak-jingkak oleh salah satu teman seperti perjalanan awal, aku menyiramnya
dengan minyak kayu putih, sesuai saran temanku. Ada juga yang masih
mendokumentasikan hewan yang menempel di kakinya. Kali ini saya juga terserang
hewan itu, hanya satu yang menempel di sela jariku. Saya telah melakukan
kesalahan karena telah membasaih kaki saat perjalanan. Itu bisa menjadi sasaran
hangat bagi hewan itu. Jadi, saran lagi dari saya – bisa dipakai atau hanya
ditampung - , kalau ke tancak, saat perjalanan, jangan sampai kakimu atau
sandalmu basah, ingat,,! Terimakasih, itu cerita dan tips dan saran juga dari
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar